
MUNA-TAJAM.Co, Aktivitas bongkar muat curah pada malam hari di Pelabuhan Nusantara Raha yang notabane adalah pelabuhan umum tengah diperhadapkan dengan dugaan serius.
Pasalnya, aktivitas tersebut diduga upaya menyembunyikan polusi udara dengan cara mengalihkan aktivitas bongkar muat ke malam hari adalah bentuk kejahatan yang sangat merugikan bagi lingkungan dan juga kesehatan masyarakat.
Hal itu diungkapkan Ketua Umum Konsorsium Pemuda Pelajar Mahasiswa Pemerhati Muna (KP2 MPM), Yhogy. Menurutnya, tindakan itu tidak hanya mengabaikan tanggung jawab terhadap lingkungan, akan tetapi turut membahayakan masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di sekitar pelabuhan.
“Terlepas dari dalih efisiensi operasional yang menurut syahbandar maupun perusahaan bongkar muat (PBM) sudah sesuai SOP akan tetapi aktivitas itu tentunya lebih besar memiliki dampak negatif tercemarnya kualitas udara,” tegas Yhogy, Senin (14/8/2023) malam.

Olehnya Ia bersama rekannya berjanji akan kembali melakukan investigasi untuk memastikan semua aktivitas bongkar muat curah padat di pelabuhan apakah sudah sesuai dengan peraturan dan standar lingkungan yang berlaku.
Sebab polutan-polutan (bahan pencemaran) ini diketahui dapat membahayakan kesehatan masyarakat, terutama jika terhirup dalam jangka waktu yang panjang.
“Ini sudah bentuk tindakan kejahatan yang terang-terangan, kami akan kembali turun demonstrasi dan mendesak pihak berwenang untuk segera mengambil tindakan tegas dalam mengatasi situasi ini,” tutupnya.
Sementara itu, Direktur Perusahan Bongkar Muat (PBM), Feni berdalil jika aktivitas bongkar muat curah padat pada malam hari telah mengantongi izin lembur dari pihak Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan (KUPP) Kelas II Raha serta sudah sesuai SOP.
“Kapapun harus dibongkar karena jika waktu labu tongkang lebih maka akan dikenakan biaya tambahan (charge) dan itu kesepakatan antara pemilik barang dan tongkang,” ujarnya.

Saat ditanyakan terkait polusi udara yang ditimbulkan, Feni menilai jika jarak antara dermaga tempat sandar tongkang dan dermaga penumpang sedikit berjauhan sehingga tidak apa-apa meski ada aktivitas bongkar muat curah padat di malam hari.
Ia pun menyebut jika aktivitas bongkar muat curah padat juga terjadi pada semua pelabuhan yang berstatus pelabuhan umum di seluruh Indonesia. Salah satunya, Pelabuhan Nusantara Kendari, Sulawesi Tenggara juga terdapat aktivitas bongkar muat curah padat yang menyatu dengan pelabuhan penumpang.
“Semua pelabuhan pak, ada aktivitas bongkar muat curah padat seperti pelabuhan kendari yang menyatu dengan pelabuhan penumpang. Lebih baik konfirmasi langsung ke syahbandar,” ungkapnya.
Pantuan Redaksi TAJAM.Co, dari aktivitas bongkar muat yang berlangsung di dermaga sandar kapal Pelni dan tol laut itu nampak alat berat Excavator saat memindahkan curah padat ke mobil truk pengangkut sudah menimbulkan polusi udara. Bahkan diduga menimbulkan pendangkalan di Pelabuhan Raha.
Begitu juga polusi udara yang ditimbulkan saat mobil truk pengangkut dari dermaga menuju ke tempat penampungan yang masih dalam area Pelabuhan Nusantara Raha.

Sayangnya, hingga aktivitas selesai sekitar pukul 21.30 Wita, pihak PBM sama sekali tidak melakukan penyiraman jalanan dari dermaga sampai ke lokasi penampungan sebagai bentuk upaya mengurangi polusi udara dampak dari aktivitas bongkar muat curah padat.
Sedangkan di waktu itu tengah ramai penumpang yang akan melalukan keberangkatan menggunakan jasa transpotasi laut kapal malam rute Raha-Kendari.
Ode, salah seorang penumpang kapal malam mengeluhkan aktivitas bongkar muat curah ini. Menurutnya ini sangat menganggu masyarakat, utamanya penumpang yang akan berangkat.
“Debunya ini bikin sesak juga kita hirup. Truknya juga bikin tambah polusi. Ini pelabuhan orang atau pelabuhan bongkar muat curahkah? Biar di Kendari juga tidak begini. Disini kumuh sekali modelnya. Tidak ada yang bisa larang kah ini. Seperti mereka mi yang punya pelabuhan,” keluh Ode.
Sementara itu keluhan juga datang dari Koko seorang pelaku UMKM yang berdagang di kawasan By Pass seputaran pelabuhan, Koko.
“Sengaja mereka muat malam kayaknya. Ini debu tidak kentara tapi sudah sangat menganggu kita jualan. Kasihan juga ini pelabuhan, seperti tidak ada yang awasi,” kesal Koko.
Laporan: Arto Rasyid