Beban Penyakit Global
Penyakit Global dan Krisis Kesehatan: Sebuah Panggilan untuk Aksi Bersama!
Beban Penyakit Global. Di era globalisasi yang semakin maju, kesehatan menjadi tantangan besar yang tidak mengenal batas negara ataupun wilayah. Penyakit global, baik yang menular maupun tidak menular, kini menjadi ancaman yang tak hanya merenggut nyawa, tetapi juga mengganggu stabilitas sosial, ekonomi, dan politik di banyak negara. Krisis kesehatan yang terjadi di seluruh dunia ini memerlukan respons yang terkoordinasi dan mendesak sebuah panggilan untuk aksi bersama yang melibatkan setiap negara, sektor kesehatan, masyarakat, maupun individu.
Baca Juga :
Resiko Kesehatan Global: Tren Global Gagal Ginjal Akut pada Anak
Beban Penyakit Global: Ancaman yang Tak Kunjung Usai
Menghadapi hal ini, WHO memiliki International Health Regulations(IHR) yang disahkan pada tahun 2005 menggantikan IHR (1969) dengan memperluas cakupan keamanan kesehatan global terhadap wabah dari semua penyakit. IHR (2005) yang mulai berlaku efektif pada 15 Juni 2007 merupakan instrumen internasional yang mengikat kewajiban negara-negara untuk mencegah, melindungi, dan mengendalikan penyebaran wabah secara internasional terbatas pada faktor risiko yang dapat mengganggu kesehatan, dengan sesedikit mungkin menimbulkan hambatan pada lalu lintas dan perdagangan internasional. Indonesia menjadi negara Pihak IHR (2005) sejak tahun 2007.
Krisis Kesehatan Global: Menular dan Tidak Menular
Penyakit menular seperti COVID-19, HIV/AIDS, Malaria, dan Tuberkulosis (TBC) telah terbukti menjadi ancaman kesehatan yang sangat signifikan dalam skala global. Pandemi COVID-19, yang melanda dunia sejak akhir 2019, menunjukkan betapa cepatnya sebuah penyakit menular dapat menyebar melintasi batas negara dan mengubah kehidupan sosial-ekonomi dunia dalam sekejap. Gelombang demi gelombang pandemi yang tak kunjung usai, juga turut mempengaruhi pemulihan ekonomi di seluruh dunia. Selain itu, penyakit menular lain seperti influenza dan penyakit zoonosis yang muncul dari hewan seperti Monkeypox, terus mengintai sebagai potensi wabah global yang baru.
Namun, di samping ancaman penyakit menular, dunia juga menghadapi krisis kesehatan terkait penyakit tidak menular (PTM) yang semakin meningkat. Penyakit jantung, diabetes, kanker, dan hipertensi kini menjadi penyebab utama kematian di banyak negara, terutama di negara-negara berpenghasilan menengah dan tinggi. Beberapa faktor utama yang berkontribusi pada peningkatan penyakit tidak menular ini adalah pola hidup tidak sehat, konsumsi makanan tinggi gula dan garam, kurangnya aktivitas fisik, serta tingginya tingkat stres. Keterbatasan akses terhadap layanan kesehatan yang berkualitas di banyak negara juga memperburuk beban penyakit tidak menular ini.
Krisis kesehatan global tidak hanya membawa dampak langsung terhadap kesehatan masyarakat, tetapi juga merusak stabilitas sosial dan ekonomi. Pandemi COVID-19, misalnya, menyebabkan resesi ekonomi global, menurunnya pendapatan negara-negara, dan melumpuhkan sektor-sektor penting seperti pariwisata, perdagangan, dan pendidikan. Selain itu, sektor kesehatan yang sudah terbebani di banyak negara, terpaksa berjuang menghadapi lonjakan pasien, kekurangan tenaga medis, serta keterbatasan fasilitas dan peralatan medis.
Di sisi lain, peningkatan prevalensi penyakit tidak menular seperti diabetes dan penyakit jantung mempengaruhi produktivitas tenaga kerja, meningkatkan biaya perawatan kesehatan, dan membebani sistem kesehatan yang ada. Peningkatan jumlah penderita PTM juga berkontribusi pada ketidaksetaraan dalam akses terhadap layanan kesehatan, terutama di negara-negara berkembang.
Krisis ini menunjukkan bahwa kesehatan bukanlah masalah yang bisa diselesaikan oleh satu negara atau sektor saja. Masalah ini bersifat global dan memerlukan tindakan kolektif.
Baca Juga :
Dosen FKG UMI Edukasi Pencegahan Karies Gigi di Mubar
Panggilan untuk Aksi Bersama
Menghadapi krisis kesehatan global yang semakin kompleks, saatnya kita menyadari bahwa tidak ada negara atau individu yang bisa menangani masalah ini sendirian. Pandemi COVID-19 telah memberikan pelajaran penting bahwa kita hidup dalam dunia yang saling terhubung, dan apa yang terjadi di satu bagian dunia dapat mempengaruhi bagian dunia lain dengan cepat. Oleh karena itu, aksi bersama adalah kunci untuk mengatasi tantangan kesehatan global.
Salah satu pelajaran terbesar dari pandemi COVID-19 adalah pentingnya kolaborasi internasional dalam mengatasi krisis kesehatan. Negara-negara perlu bekerja sama untuk mempercepat pengembangan dan distribusi vaksin, berbagi data epidemiologi, dan memberikan dukungan finansial kepada negara-negara dengan sumber daya terbatas. Untuk menghadapinya, reformasi sistem kesehatan global sangat diperlukan. Negara-negara perlu berinvestasi dalam infrastruktur kesehatan yang lebih baik, pelatihan tenaga medis, serta memperkuat kapasitas pengawasan penyakit. Sistem kesehatan yang kuat dan resilien akan lebih siap untuk menangani penyakit menular yang muncul dan mengelola penyakit tidak menular dalam jangka panjang.
Pencegahan merupakan cara yang paling efektif untuk mengurangi beban penyakit, baik yang menular maupun tidak menular. Kampanye global untuk promosi kesehatan seperti program vaksinasi, kampanye untuk gaya hidup sehat, dan pengurangan faktor risiko penyakit harus menjadi prioritas utama. Pendidikan kesehatan masyarakat tentang pentingnya pola makan sehat, olahraga, dan tidak merokok, serta peningkatan kesadaran tentang pentingnya pemeriksaan kesehatan rutin, dapat mengurangi prevalensi penyakit tidak menular secara signifikan.
Aksi bersama juga memerlukan dukungan kebijakan yang kuat dari pemerintah dan pendanaan yang memadai. Negara-negara harus mengalokasikan anggaran yang cukup untuk sistem kesehatan dan memastikan akses universal terhadap layanan kesehatan yang berkualitas. Selain itu, negara-negara kaya dan lembaga internasional perlu memberikan bantuan kepada negara-negara berkembang dalam bentuk pendanaan, pengembangan kapasitas, dan transfer teknologi, agar mereka dapat lebih siap menghadapi krisis kesehatan di masa depan.
Krisis kesehatan global juga memperburuk ketimpangan dalam akses terhadap layanan kesehatan. Di banyak negara berkembang, akses ke fasilitas kesehatan yang memadai masih sangat terbatas. Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa reformasi kebijakan kesehatan juga mencakup pemerataan akses ke layanan kesehatan, terutama di daerah terpencil dan miskin. Peningkatan fasilitas kesehatan dasar dan program asuransi kesehatan universal sangat diperlukan untuk memastikan bahwa setiap individu, tidak peduli status sosial atau ekonomi mereka, memiliki akses ke perawatan yang mereka butuhkan.
Krisis kesehatan global adalah panggilan yang jelas bagi dunia untuk bertindak bersama. Penyakit menular dan tidak menular, yang mempengaruhi jutaan orang di seluruh dunia, tidak dapat diselesaikan oleh satu negara atau satu sektor saja. Dunia membutuhkan aksi kolektif, kerjasama internasional, kebijakan kesehatan yang inklusif, dan upaya pencegahan yang lebih kuat. Kini lebih dari sebelumnya, kita harus bekerja sama untuk membangun sistem kesehatan yang lebih resilien, mengurangi ketimpangan, dan memastikan bahwa semua orang di dunia memiliki akses yang sama terhadap layanan kesehatan yang mereka butuhkan.
Tantangan ini besar, tetapi dengan komitmen global dan solidaritas yang kuat, kita dapat menghadapinya. Saat ini adalah saat yang tepat untuk bergerak bersama menuju masa depan di mana kesehatan tidak hanya menjadi hak, tetapi juga prioritas bersama bagi seluruh umat manusia.
Author: Ferra Husdiningsih
Mahasiswa Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat
Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Mandala Waluya