Dugaan Teror Kotoran Sapi Jadi Motif Lawan Politik Gagalkan Jalannya Pemerintah Desa Napalakura?

Dugaan Teror Kotoran Sapi Jadi Motif Lawan Politik Gagalkan Jalannya Pemerintah Desa Napalakura? Di tengah upaya serius Pemerintah Desa Napalakura guna memperbaiki akurasi data bantuan sosial (Bansos) dalam rangka menindaklanjuti rekomendasi dari hasil Rapat Gabungan Komisi I dan III DPRD Kabupaten Muna, diwarnai dengan aksi tak “Seronok” dari segelintir warga yang diduga sengaja menciptakan teror dengan cara yang tidak hanya memalukan, tetapi juga menjijikkan yakni dengan menyebar kotoran sapi di dalam balai desa.
Baca Juga : Sebut Rapat Gabungan Komisi Desa Napalakura Sandiwara Menyulut Emosi Anggota Dewan Lainnya
Dugaan Teror Kotoran Sapi Jadi Motif Lawan Politik Gagalkan Jalannya Pemerintah Desa Napalakura? Sudah Terencana

Upaya sabotase teror kotoran sapi ini diduga kuat sudah melalui perencanaan yang matang. Terbukti dari kotoran sapi yang dimasukan kedalam 11 kantong kresek yang kemudian dihamburkan disetiap sudut ruangan balai desa. Hal ini kemudian menguatkan bahwa insiden tersebut bukan sekadar ulah iseng. Namun bentuk dari politik balas dendam di tingkat akar rumput.
Insiden ini juga sontak mengejutkan warga. Banyak yang menganggap bahwa tindakan mereka adalah bagian dari upaya sistematis untuk menggulingkan Kepala Desa yang dikenal Visioner dengan keberhasilannya membawa Napalakura menjadi desa percontohan serta Inovasinya dalam pengolahan ikan bandeng hingga mampu menembus pasar nasional. Tak hanya itu, Napalakura menjadi bersih nan asri sejak Sunarti memimpin.
Tak ayal informasi yang telah berseliwaran hingga ke jagad maya ini dugaan adanya kelompok warga yang memiliki kepentingan politik dan tidak senang atas keberhasilan kepemimpinan Sunarti di Desa Napalakura. Mereka ditengarai adalah sebagai dalang di balik aksi tak “Seronok” tersebut.
Pelaku Lancarkan Aksi Dini Hari
Kasi Pemerintahan Desa, Irpa Wisanti, menerangkan, sebelum kejadian ia bersama perangkat desa lainnya tengah berbenah di balai desa hingga pukul 00.00 wita, untuk mempersiapkan pelaksanaan kegiatan verifikasi ulang terhadap penerima bantuan sosial Program Keluarga Harapan (PKH) yang dijadwalkan hari ini Selasa, 22 April 2025, pukul 09.00 wita.
Namun, tak lama berselang sekira pukul 02.00 Wita, dini hari. Berdasarkan keterangan dari seorang warga yang ditinggal di belakang kantor desa, mendengar secara samar-samar suara bising yang ditimbulkan dari arah balai desa. Kendati demikian, insiden tersebut langsung ditindaklanjuti oleh pemerintah desa. Dengan sigap, perangkat desa yang dibantu warga melakukan pembersihan total secara gotong royong, sebelum kegiatan dimulai. Sehingga kegiatan verifikasi ulang terhadap penerima bansos PKH tetap berlangsung lancar sesuai jadwal.
Insiden teror kotoran sapi ini baru diketahui pada pagi harinya sekitar pukul 07.15 Wita. Saat Irpa Wisanti kembali mengecek persiapan di balai desa sebagai tempat pelaksanaan kegiatan. Namun betapa terkejutnya, saat ia telah mendapati kondisi balai desa yang sudah dipenuhi dengan kotoran sapi.
Baca Juga : PKH di Napalakura Dipolitisasi? Bupati Muna Luruskan Isu
“Saya tahunya nanti pagi, saat diperintahkan pimpinan untuk mengecek kembali kondisi persiapan dibalai desa sebelum kegiatan dimulai. Kebetulan ada warga yang baru saja potong sapi, dan kemungkinan kotorannya diambil dari situ,” ujar Irpa Wisanti.
Kades Napalakura Tempuh Jalur Hukum
Sementara itu, alih-alih gentar, Kepala Desa, Sunarti justru dengan tegas sangat menyayangkan insiden tersebut. Sebab balai desa yang seharusnya menjadi pusat pelayanan bagi masyarakat, berubah menjadi tempat kotoran hewan ulah dari ulah tangan-tangan tak bertanggung jawab.
Untuk memberikan efek jera terhadap oknum-oknum yang terus memprovokasi persoalan internal warga ini, Sunarti pun tak tinggal diam. Ia menyebut telah menempuh jalur hukum dan berharap kepolisian segera mengusut kasus ini hingga tuntas. “Kami tentunya tidak akan diam saja. Ini bukan hanya penghinaan terhadap pemerintahan desa, tetapi juga sudah menyangkut martabat dan harga diri warga,” ungkap Sunarti dengan tegas.
Kades Napalakura yang akrab disapa Bu Puput ini juga mengungkapkan, pasca insiden tersebut salah satu kader desa mengalami trauma karena tak menyangka aksi dari warga yang protes sampai sejauh itu, yang terkesan sudah tidak lagi menggunakan akal sehat dalam bertindak.
“Dia sampaikan langsung keluh kesahnya ke saya sembari menangis. Saya juga tidak habis pikir, padahal untuk menyampaikan aspirasi sebagai bentuk proses semua ada jalurnya. Dan berapa waktu lalu sudah ada rekomendasi hasil dari RDP, sebenarnya apa yang mereka inginkan?” tutup Sunarti yang penuh tanda tanya.
Aksi Sabotasi Bukan Kali Pertama Terjadi
Langkah sabotase terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Desa Napalakura bukan kali pertama terjadi. Seperti dalam pemberitaan sebelumnya, berbagai intimidasi dan dugaan upaya pembusukan karakter kepala desa juga sempat mencuat ke publik. Namun kali ini, cara yang dipilih benar-benar “di luar nalar”. Sehingga menimbulkan asumsi publik apakah ini bentuk perlawanan atau hanya akrobat murahan politik desa dari oknum-oknum tertentu?
Pasalnya, motif di balik aksi ini tampak cukup terang-benderang. Pemerintah Desa Napalakura ditengah melakukan verifikasi ulang terhadap penerima bantuan sosial PKH, yang bisa saja berpotensi mencoret nama-nama yang tak layak, justru terkesan terdapat pihak-pihak yang merasa terancam karena selama ini ikut menikmati “jatah” bantuan sosial dari pemerintah meski tidak memenuhi persyaratan dan kriteria.