MUNA-TAJAM.Co, Berdasarkan perkiraan cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sejak Juli-November 2023, telah terjadi musim kemarau panjang dengan intensitas hujan minim. Mengakibatkan enam kecamatan di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara (Sultra) darurat air bersih.
Pasalnya, darurat air bersih ini telah mengancam kehidupan sehari-sehari warga di enam kecamatan teruma bagi yang tinggal di daerah terpencil. Sebab akses air bersih menjadi semakin langkah.
Menghadapi tantangan ini, Pemerintah Daerah melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Muna bergerak cepat membantu warga terdampak dengan membagikan pasokan air bersih guna menanggulangi bencana kekeringan.
Kepala BPBD Muna, Samaul Bait menjelaskan sangat menyadari betapa pentingnya air bersih dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Olehnya, pihaknya telah menginisiasi program darurat penanggulangan kekeringan yang bertujuan memasok air bersih bagi warga terdampak.
“Kami awali dengan memasok air bersih di Dusun Madawa Kecamatan Tongkuno menggunakan mobil tangki berkapasitas 5000 liter yang dibagikan kepada masyarakat yang membutuhkan,” ujarnya saat ditemui dilokasi, Selasa (12/9/2023).
Mantan Sekretaris Dikbud itu, menambahkan pasokan air bersih akan intens didistribusikan ke enam kecamatan terdampak hingga musim kemarau dinyatakan berakhir. Olehnya itu, Ia menghibau masyarakat dan stackholder untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan kewaspadaan akan dampak kekeringan yang dapat memicu kebakaran hutan dan kekurangan sumber daya air.
“Kami terus berupaya membantu warga mengatasi kekeringan. Kolaborasi dan dukungan semua pihak sangat penting dalam menghadapi bencana kekeringan ini. Bersama-sama, kita bisa melewati masa sulit ini. Untuk itu tetap waspada dan berhati-hati mengelola sumber daya air yang ada,” imbau Samaul.
Sementara dengan adanya pasokan air bersih dari BPBD Muna, warga merasa terbantu dan berharap cuaca segera membaik. Pasalnya, warga selama ini terpaksa membeli air dengan harus mengeluarkan uang berkisar Rp.180 ribu-Rp.360 ribu untuk memenuhi kebutuhan dalam rumah tangga selama sebulan seperti masak, mencuci dan mandi.
Dengan rincian untuk harga satu drum atau sekitar 200 liter dibandrol bervariasi mulai dari Rp.15 ribu-Rp.25 ribu tergantung tingkat kekeringan.
“Itu sudah pemakaian hemat hanya untuk masak dan mandi saja kami butuh enam drum air dalam waktu dua minggu kalau mencuci kami biasanya ke sungai dalam hutan,” terang Wa Afu salah satu warga terdampak di Dusun Madawa.
Ia pun berharap bantuan pasokan air bersih dari BPBD Muna bisa terus dilakukan sampai bencana kemarau berakhir. Sebab biaya pembelian air bersih lebih besar daripada penghasilan mereka yang mayoritas adalah petani biasa.
“Minimal tidak dalam dua minggu sekali, tandon (bak penampungan) air kami bisa diisikan, kasihan kita masyarakat beli air terus,” pintanya.
Saat ini, BPBD Muna terus memantau perkembangan situasi kekeringan dan bersiap untuk memberikan bantuan lebih lanjut jika diperlukan. Berharap pasokan air bersih ini dapat memberikan bantuan yang dibutuhkan bagi warga terdampak kekeringan.
Adapun enam kecamatan yang terdampak darurat air bersih meliputi, Kecamatan Tongkuno, Watoputi, Kontunaga, Parigi dan Kecamatan Batalaiworu.
Laporan: Arto Rasyid