
KENDARI-TAJAM.Co, Kapolresta Kendari beberapa hari lalu mengeluarkan Surat Edaran (SE) berisi imbauan kepada kepala sekolah (Kepsek) terutama tingkat sekolah menengah pertama (SMP) supaya memberitahu orang tua siswa untuk tidak mengizinkan anaknya berkendara sendiri ke sekolah.
Pertimbangannya, sebab kasus kecelakaan lalu lintas yang melibatkan pelajar sebagai korban tercatat angkanya meningkat sekitar 50 persen dalam kurun waktu satu tahun terakhir.
Imbauan ini lantas direspon sejumlah kepsek dengan menyebarkan SE Kapolresta Kendari ke guru-guru kelas guna disampaikan ke masing-masing orang tua siswa. Metode penyampaiannya beragam, di antaranya disalurkan melalui grup pesan singkat WhatSapp.
Hasilnya, terjadi penurunan jumlah siswa yang membawa kendaraan ke sekolah. Itu terlihat dari lahan parkir sekolah yang tersedia tidak begitu banyak ditemukan kendaraan milik siswa.
Namun, upaya melarang siswa agar tidak membawa kendaraan sendiri bukan tanpa tantangan. Pihak sekolah tampak bimbang ketika mendengar para siswa mengutarakan alasannya mengapa masih berkendara sendiri ke sekolah.
Kepsek SMP 10 Kota Kendari, Zamli mengungkapkan, salah satu alasan yang ditemui dari kebanyakan siswa adalah akibat kepadatan aktivitas sehingga orang tuanya tidak memiliki waktu untuk mengantar jemput mereka di sekolah. Karena itu, memaksa para siswa ini harus memilih berkendara mandiri.
“Orang tuanya sibuk tidak ada yang antar. Jadi mereka bawa sendiri motor,” ucap Zamli saat ditemui di ruangannya beberapa hari sebelumnya.
Masalah lain yang turut dianggap cukup pelik seperti misalnya, karena orang tua melarang anaknya membawa kendaraan akhirnya membuat sang anak merajuk dan tidak lagi mau bersekolah. Si anak merasa kesal keinginannya dibatasi.
Keadaan hampir serupa juga ditakutkan terjadi di sekolah. Zamli bilang, mereka khawatir jika melarang siswanya membawa kendaraan ke sekolah, lalu siswa bersangkutan merasa kesal sehingga tidak mengikuti proses belajar mengajar. Dia pulang tapi tidak langsung kembali ke rumahnya.
“Memang kita butuh pendekatan persuasif untuk mengingatkan mereka. Jangan terkesan kita seperti menekan. Butuh waktu,” menurutnya.
Tak hanya sampai di situ, masih ada persoalan lain yang dihadapi pihak sekolah. Kata Zamli, kalau pihaknya melarang siswa memarkirkan kendaraannya di lahan parkir sekolah, tidak ujuk-ujuk siswa mengurungkan niatnya lalu berhenti membawa kendaraan di sekolah.
Para siswa tetap kukuh membawa kendaraan tetapi dengan cara memarkirkannya di berbagai tempat di luar sekolah. Semisal di halaman rumah warga sekitar atau tempat-tempat yang memungkinkan bisa digunakan memarkir kendaraan.
“Hal-hal seperti ini sudah sering kita temukan. Sebelumnya pernah para siswa dilarang membawa kendaraan. Tapi masih bawa, mereka simpan di luar sekolah. Bahkan, pernah ada kejadian motornya dirusak orang,” katanya.
Pendapat senada ikut disampaikan Muh Nurdin, Kepsek SMP 5 Kota Kendari. Nurdin sebelumnya sudah meneruskan imbauan polisi kepada guru dan orang tua siswa agar tidak membiarkan membawa kendaraan.
Sehari setelah imbauan disampaikan, jumlah siswa yang membawa kendaraan lebih berkurang. Hal ini pun menandakan imbauan itu telah diikuti.
Namun Nurdin menuturkan, pihaknya masih memberi toleransi jika didapati siswa yang tetap membawa kendaraan ke sekolah. Menurutnya, ada beberapa hal perlu dipertimbangkan. Makanya itu, tidak serta merta siswa sepenuhnya dilarang membawa kendaraan.
Nurdin menyebut di antara pertimbangannya ialah kondisi siswa yang menjadikan berkendara sendiri sebagai alternatif paling memungkinkan untuk dilakukan. Sebab, orang tuanya dikepung banyak kesibukan dan tidak mempunyai waktu luang untuk mengantar jemput anaknya.
Orang tua siswa juga tidak mudah mengarahkan anaknya menggunakan alat transportasi umum seperti mikrolet ke sekolah. Tempat mereka bersekolah tidak menjadi jalur operasi mikrolet.
“Tidak ada pete-pete (mikrolet) yang lewat di sini. Anak-anak tetap bawa motor. Apalagi jarak rumahnya dengan sekolah lumayan jauh,” ungkapnya.
Meski begitu, Nurdin tetap berupaya menekan semaksimal mungkin agar para siswa tidak membawa kendaraan ke sekolah.
Laporan: Army